Selama di dalam rahim, janin selalu terlindungi oleh sistem imun ibu, beda halnya ketika Ia sudah dilahirkan ke dunia. Bayi baru lahir lebih rentan terkena penyakit, karena sistem imunnya belum mampu menangkal virus dan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Jadi wajar jika si kecil sering terkena gangguan kesehatan.
Sebagai orang tua baru, tentu mom akan merasa cemas ketika ada gangguan kesehatan yang menimpa si kecil. Satu hal yang perlu mom ketahui, Jika si kecil merasa tidak nyaman, satu-satunya cara mereka berkomunikasi adalah dengan menangis. Dalam hal ini mom, harus mencoba dan memahami apa yang mungkin mengganggu si kecil, hingga membuat Ia menangis.
Dan penting untuk mom ketahui terkait gangguan kesehatan yang rentan dialami bayi baru lahir, seperti pembahasan berikut ini.
1. Penyakit kuning

Penyakit kuning atau biasa disebut ikterus neonatorum sangat umum terjadi pada bayi baru lahir. Penyakit ini terjadi ketika ada kelebihan bilirubin dalam dalam darah bayi, sehingga menyebabkan pigmentasi kekuningan pada kulit.
Kondisi ini bisa terjadi secara fisiologis (normal) atau akibat adanya penyakit tertentu. Dalam kebanyakan kasus, penyakit kuning akan hilang dalam 2-3 minggu setelah kelahiran bayi. Namun, jika terus berlanjut lebih dari 3 minggu, itu bisa menjadi adanya gejala penyakit tertentu. Mom harus segera pergi ke dokter, untuk memeriksakan kondisi si bayi.
2. Kolik

Kolik merupakan salah satu gangguan kesehatan yang umum terjadi pada baru lahir, kondisi ini bisa ditandai dengan tangisan bayi yang terjadi secara berlebihan. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa tidak mudah menangani bayi yang mengalami kolik.
Jika bayi menangis terus menerus tanpa sebab yang jelas, terutama di malam hari, ia mungkin mengalami kolik.
Tak diketahui secara pasti apa penyebab bayi mengalami kolik, tetapi beberapa teori menunjukkan bahwa penyakit ini bisa terjadi karena gas, hormon yang menyebabkan sakit perut, dan stimulasi berlebihan oleh cahaya atau suara. Kolik bisa terjadi pada bayi usia 2 minggu dan akan berhenti ketika bayi menginjak usia 4 bulan. Bayi yang mengalami kolik akan menangis hingga lebih dari 3 jam sehari selama 3 hari dalam satu minggu, setidaknya terjadi 3 minggu secara berturut-turut.
Namun, jika kondisi ini terus berlanjut, bisa jadi karena intoleransi terhadap susu formula atau adanya gejala penyakit tertentu. Konsultasi ke dokter adalah cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mendapatkan diagnosisnya.
3. Cedera kelahiran

Terkadang, dalam proses persalinan, seorang bayi bisa mengalami cedera fisik. Ini disebut cedera lahir atau trauma lahir. Cedera lahir bisa terjadi akibat penggunaan alat bantu saat mengeluarkan bayi dari rahim.
Kebanyakan bayi cepat sembuh dari trauma persalinan. Bayi yang dilahirkan secara normal mungkin mengalami pembengkakan di kulit kepalanya karena vakum. Ada kemungkinan juga si kecil akan terluka karena penggunaan forsep.
4. Gumoh

Gangguan kesehatan yang satu ini sudah sangat umum terjadi pada bayi baru lahir. Bahkan kerap kali terjadi sampai usia si kecil menginjak 6-12 bulan. Gumoh dapat terjadi karena kerongkongan bayi belum berkembang secara sempurna.
Ukuran lambungnya juga masih cenderung kecil, sehingga ketika terlalu banyak menelan makanan atau menelan udara cukup banyak ketika menyusu, bayi bisa gumoh. Inilah sebabnya mengapa para ibu cenderung menyendawakan bayinya ketika selesai menyusu, agar tidak muntah.
Selama tidak terjadi secara berlebihan dan dalam kurun waktu yang panjang, gumoh bisa dikatakan aman dan tidak perlu dikhawatirkan.
5. Diare

Bayi baru lahir juga rentan terkena penyakit diare. Diare adalah reaksi umum terhadap antibiotik dan infeksi pada bayi. Jika si kecil mengalami diare, pastikan bahwa Ia tetap terhidrasi dengan memberinya garam dan air oral. Juga pantau fasesnya, jika adanya perubahan warna dan tekstur, segera konsultasikan ke dokter. Bayi bisa dikatakan mengalami diare jika Ia terlalu sering BAB, tekstur fasesnya cair, dan dalam jumlah yang banyak.
Berbeda jika si kecil masih mengkonsumsi ASI, susu formula ataupun makanan semi padat, maka tekstur fasesnya cenderung lebih lunak.
Banyak faktor penyebab bayi mengalami diare, diantaranya infeksi parasit, bakteri atau virus, alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu, hingga keracunan makanan.