OKEMOM – Melahirkan secara normal tentunya keinginan setiap ibu hamil. Namun, karena menimbang beberapa faktor terkait keselamatan ibu dan bayi, persalinan caesar (C-section) pada akhirnya menjadi pilihan terbaik.
Umumnya, melahirkan secara caesar dipilih karena melihat kondisi kehamilan yang berisiko tinggi. Jika dipaksakan tetap normal, khawatir akan membahayakan nyawa ibu maupun bayi dalam kandungan.
“Sesi sesar bisa menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, tetapi itu membutuhkan penanganan bijak dari medis,” kata dokter kandungan dan ginekolog Courtney Martin, DO, Direktur Medis Layanan Bersalin dan Pusat Kelahiran Perawatan di Rumah Sakit Anak University of Loma Linda, dikutip dari laman Loma Linda University Health, Selasa (3/8).
Terlepas dari itu, sederet mitos tentang persalinan sesar masih dipercaya oleh masyarakat sampai hari ini. Padahal kebenarannya belum dibuktikan secara ilmiah.
Berikut OKEMOM telah merangkum fakta dan mitos seputar persalinan caesar yang penting Mom ketahui.
1. Operasi caesar lebih mudah daripada normal

Fakta:
C-section dilakukan dengan cara operasi perut yang membutuhkan waktu pemulihan lebih lama. Belum lagi, ada risiko saat operasi maupun setelahnya.
Memang benar, selama proses operasi tidak merasakan sakit karena diberi suntikan anestesi lokal. Tetapi, masih ada kemungkinan merasakan tarikan, tekanan dan sensai lainnya selama kelahiran.
Setelah bayi lahir, pemulihan dari prosedur ini mungkin lebih sulit daripada persalinan normal. Menghabiskan 4-5 hari di rumah sakit. Sementara, prosedur normal hanya butuh waktu 1-2 hari saja.
2. Persalinan caesar mengurangi risiko prolaps
Fakta:
Prolaps vagina merupakan suatu kondisi ketika dinding vagina menjadi kendur. Rahim, rektum, kandung kemih, uretra, dan usus kecil di sekitarnya mulai turun dari posisi normal.
Itu karena dinding vagina tidak dapat lagi menopangnya. Namun, kondisi ini merupakan risiko yang bisa dialami setiap perempuan, terlepas dari persalinan normal maupun sesar.
3. Tidak masalah melakukan banyak operasi caesar

Fakta:
Itu hanya mitos. Ada kekhawatiran besar jika seorang perempuan menjalani beberapa operasi caesar. Secara umum, risiko meningkat setelah 3-4 kali bedah.
Operasi sesar berulang dapat meningkatkan kemungkinan ibu mengalami plasenta akreta. Kondisi kehamilan serius yang terjadi ketika pembuluh darah dan bagian lain dari plasenta tumbuh melalui bekas luka operasi caesar sebelumnya dan struktur di dekatnya.
Kondisi ini harus ditangani oleh tim ahli medis. Biasanya, membutuhkan metode histerektomi pada saat melahirkan dan transfusi darah karena terjadi banyak pendarahan.
4. Tak bisa melahirkan normal jika sudah sekali operasi caesar
Fakta:
Saat menjalani operasi caesar, dokter akan membuat sayatan pada perut dan rahim. Lalu, dijahit setelah bayi lahir.
Sebagian orang pun beranggapan bahwa hal itu memutuskan harapan ibu melahirkan normal pada kehamilan berikutnya.
Melansir Solace Women’s Care, belum ada kepastian bahwa operasi menutup kesempatan perempuan untuk merasakan persalinan normal.
Setiap ibu hamil harus tetap konsultasi dengan dokter kandungan. Hanya dokter yang dapat menentukan apakah ibu hamil lebih aman melahirkan secara normal atau justru operasi caesar lagi.
5. Ibu tidak bisa skin to skin setelah operasi

Fakta:
Kontak kulit ke kulit merupakan praktik penting. Menempatkan bayi di dada sang ibu segera setelah lahir. Memberi kesempatan memperkuat ikatan (bonding) ibu dan bayi.
Namun, banyak perempuan yang melahirkan dengan operasi sesar, menghindari skin to skin. Faktanya, ini masih memungkinkan untuk dilakukan.
Mom cukup meletakkan bayi di bagian tubuh yang aman. Namun, jika karena alasan tertentu memang tidak bisa, suami boleh meluangkan waktu melakukannya.
Referensi:
Loma Linda University Health. Five Common Myths about C-Sections. 2018.
Solace Women’s Care. Myths and Facts About Cesarean Delivery. 2021.