Mom, mungkin pernah berpikir untuk mencoba mencampurkan ASI dan susu formula secara bersamaan dalam satu botol. Dengan tujuan agar nutrisi yang didapatkan si Kecil bisa lebih maksimal, apakh itu aman?
Manfaat menyusui bayi dengan ASI eksklusif memang sangat luar biasa. Melansir Healthline, ASI tidak hanya memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, juga menawarkan antibodi yang melindungi bayi dari infeksi dan mengurangi risiko sindrom kematian bayi secara mendadak.
Terlebih, menyusui juga baik untuk orang tua baru. Mempercepat proses pemulihan, mengurangi risiko kanker tertentu dan membantu melawan depresi pascapersalinan.
American Academy of Pediatrics dan Organisasi Kesehatan Dunia bahkan merekomendasikan pemberian ASI eksklusif dilakukan selama 6 bulan pertama kehidupan seorang anak.

Akan tetapi, para orang tua tahu bahwa hal ini tidak selalu mudah. Beberapa hal terkadang membuat ibu tidak mungkin terus memberi ASI. Alhasil, alternatif seperti menambah asupan dengan susu formula pun dipilih.
Susu formula mengandung vitamin, mineral, karbohidrat, lemak, dan protein yang dibutuhkan bayi untuk bertahan hidup dan berkembang.
Lalu, dari sekian banyak kandungan tersebut, bolehkah mencampur ASI dan susu formula untuk diminum bayi? Ternyata tidak boleh.
Melansir Parenting Firstcry, ASI dan susu formula yang dicampur secara bersamaan dalam satu botol dapat mengacaukan komposisi makanan bayi hingga menyebabkan masalah pada pencernaan.
1. Komposisi ASI dan susu formula sangat berbeda

ASI alami mengandung lemak, protein, karbohidrat, dan mineral. Semuanya dalam jumlah yang tepat, sesuai kebutuhan bayi untuk tumbuh kembangnya. ASI yang dihasilkan langsung dari payudara ibu dapat menyesuaikan komposisinya sesuai kesehatan dan kebutuhan bayi.
Sementara itu, susu formula adalah solusi alternatif yang lebih ditujukan untuk ibu dengan kondisi tertentu seperti memiliki bayi prematur, suplai ASI rendah, berhenti menyusui sebelum waktunya dan lainnya. Komposisi susu formula mungkin bisa meniru ASI alami, tetapi efektivitasnya beda.
Itulah mengapa ketika mencampurkan ASI dan susu formula, komposisi yang dihasilkan akan berubah. Tak seperti ASI maupun tidak seperti susu formula. Jumlah dan proporsi nutrisi akan berubah.
Komposisi yang berubah tersebut akan menyebabkan nutrisi tertentu diberikan secara berlebihan pada bayi terutama mikronutrien dan mineral. Hal ini bisa membuat ASI sulit diproses sistem pencernaan bayi yang masih dalam tahap perkembangan.
Tak hanya mengubah komposisi ASI, tetapi mikronutrien dalam susu formula menjadi lebih terkonsentrasi sehingga bisa sangat membebani ginjal bayi yang belum kuat.
2. Umur simpan ASI dan susu formula sangat berbeda

Selain itu, ASI yang dicampur dengan susu formula memiliki umur simpan yang jauh lebih pendek daripada ASI murni. Botol yang berisi keduanya harus dibuang dalam waktu satu jam setelah digunakan pertama kali.
Umur simpan didefinisikan sebagai lamanya waktu suatu produk untuk layak dikonsumsi tanpa merusak nilai gizi dan kandungannya.
Pada dasarnya, ASI dapat disimpan pada suhu 4 derajat Celcius dan bisa bertahan hingga 8 hari. Jika dibekukan, dapat bertahan selama 6-8 bulan pada suhu -18 hingga -20 derajat Celcius. Jadi, mom dapat memeras ASI dan menyimpannya dalam botol susu di lemari es, lalu digunakan sepanjang hari.
Jika bayi tidak selesai menyusu, ASI perah tersebut dapat disimpan pada suhu kamar hingga 26 derajat Celcius selama maksimal 6 jam dalam satu hari.
Sementara, susu formula tidak boleh disimpan, sekali pun baru disiapkan. Artinya, harus segera diminum. Apabila bayi tidak menghabiskan susu tersebut, maka sisanya harus dibuang.
Melihat umur simpan ASI dan susu formula yang berbeda, maka pilihan untuk mencampur keduanya sangat tidak disarankan. Campuran itu hanya akan membuang ASI murni yang begitu berharga dengan sia-sia.
Sebagai solusi, mom bisa membuat jadwal makan bayi secara bergantian. Ritmenya, satu kali menyusui dan satu kali susu formula dalam satu hari.
Jika suplai ASI menurun, jadikan menyusui sebagai ‘makanan kecil’ dan tambahkan dengan memberinya susu formula setelah itu. Untuk lebih pasti, konsultasi langsung ke dokter ahli.